Tawakkal itu...
Aku ingat nasehat para ustadz yang bilang :
"Allah pasti mengabulkan doa hambanya. Dengan 3 cara yang berbeda. Pertama, Allah kabulkan sesuai dengan permintaan. Kedua, Allah tunda permintaan tersebut. Ketiga, Allah ganti dengan takdir yang lebih baik"
Seringkali, manusia itu kalo doa suka maksa banget. 'Pokoknya harus itu. Kalo nggak itu nggak mau.' Seolah-olah kita paling tau. Padahal kita sama sekali nggak pernah tau apa sebenarnya yang terbaik untuk diri kita. Dan itu cuma Allah yang tau
Ada fase hidup dimana aku maksa banget kalo doa. Maklum ya, fakir ilmu. Setelah berjalannya waktu, aku pun sadar, nggak semua hal yang aku mau itu bisa terwujud. Seringkali kecewa jika hal itu terjadi. Tapi kekecewaan itu pun nggak mengubah apapun. Justru aku yang rugi, tenggelam dalam perihnya rasa kecewa
Lalu sekarang, mulailah masuk pada fase belajar bertawakkal. Kenapa aku bilang belajar? Karena ternyata proses untuk bisa betul-betul berserah diri itu nggak gampang. Pergolakan batin antara ego dan akal itu cukup pelik. Akal mungkin faham tentang keutamaan tawakkal, sudah mulai banyak belajar tentang agama. Tapi ego cenderung menolak, hawa nafsu oh hawa nafsu. Pantaslah manisnya iman itu hanya untuk orang-orang yang berfikir (berakal). Dan peperangan sesungguhnya di dunia adalah melawan hawa nafsu sendiri.
Ternyata hidup mengikuti jalan takdirnya Allah itu menyenangkan. Nggak capek. Aku bersikeras ingin mengatur jalan hidupku. Padahal Allah yang punya hak atas itu. Kok aku malah sok-sok an mengusahakan hal-hal di luar kapasitasku. Pantaslah babak belur.
Dulu mungkin berdoa ingin sesuatu, A misalnya. A jadi tolak ukur keberhasilan. Kalo belum dapat A, rasanya ini belum hasil yang memuaskan. Tapi sekarang, aku mulai belajar untuk lebih bertawakkal lagi. Keinginan masih sama, pingin mencapai A. Ajukan dalam proposal doa. Tapi kalau pun hasilnya A tak mengapa. Berarti Allah menganggap bahwa A bukan yang terbaik untuk kita. Ada hal lain yang lebih baik. Belajar ikhlas, ridho, sabar dengan takdir Allah. Dan melihat hal terbaik itu dari kacamata Allah, bukan kacamata kita sendiri.
Seringkali aku pun bingung harus doa apa. Karena aku nggak tau apa yang sebenarnya yang terbaik. Akhirnya berpasrah aja : "nggak taulah ya Allah. Aku pinginnya gini. Tapi aku nggak tau harus gimana". Dan tanpa kusadari situasi berjalan sendiri dengan ataupun tanpa aku berusaha. Seolah menjalani sebuah skenario. Yang aku ngga tau arah tujuannya kemana. Tapi seketika, persoalan jadi selesai. Masalah teratasi. Alhamdulillah
Semoga tulisan ini jadi pengingat sampai akhir hayat. Aamin 🥰
Komentar
Posting Komentar