Dilema MLM


Assalamu'alaykum... 

Adakah yang punya pengalaman ikut MLM?
Oke, saya pingin share beberapa pengalaman saya berkecimpung di dunia MLM.

Sebenarnya sudah sejak lama saya tahu dengan MLM. Karena saat saya kecil, orang tua saya sudah menggeluti bisnis ini. Nggak hanya satu bisnis aja, tapi ada beberapa dan berganti-ganti. Saya pun banyak mengkonsumsi dan memakai barang-barang MLM. Namun saya baru benar-benar menggeluti bisnis tersebut di awal tahun 2015.


Produk Bagus dan Berkualitas

Saya tidak tahu paradigma apa yang beredar di masyarakat. Tapi sejauh ini, saya merasakan produk-produk yang ditawarkan sangat bermanfaat dan berkualitas. Yang agak nggak cocok itu menurut saya adalah harganya hahaha.. Agak nguras kantong. Eh, tapi sebenarnya ya worth it kok sama apa yang kita dapat. 

Misal, produk detergen. Kalo saya beli detergen 1 kg di warung, harganya sekitar 30-40 ribu. Tapi biasanya kalo abis ngucek baju, kulit langsung banyak yg melepuh dan perih. Jumlah takarannya harus banyak supaya bersih, tapi mbilasnya ngabisin air hahaha. Kalo dipake sedikit, busa emang nggak banyak, tapi baju masih dekil. 

Sedangkan kalo saya beli detergen MLM. Harganya sekitar 50-100ribu untuk 1 kg. Pemakaian bubuknya sedikit, tapi baju sudah bersih. Dan tagihan air PAM lebih irit. Cuma ya itu, kalo lagi tanggal tua, agak berat ngeluarin 100ribu cuma buat beli detergen hehehe...

Begitu juga dengan suplemen. Bener-bener bagus kualitasnya.

Kelebihan bisnis ini adalah kita hanya fokus pada penjualan saja. Tidak perlu pusing memikirkan tentang produksi. Karena produk telah terjamin kualitasnya.


Kesan Pertama Selalu Manis

Waktu itu saya menggeluti 1 bisnis MLM yang produk-produknya fokus pada kecantikan dan kesehatan. Alasan bergabungnya bukan karena bonus-bonus yang ditawarkan. Tapi memang kualitas produknya. Kebetulan akan saya gunakan untuk pengembangan Salon Muslimah yang saya kelola. 

Saya banyak berkenalan dengan beberapa orang. First Impression ketika bergabung, saya senang sekali, karena lingkungannya sangat positif. Saling mensupport satu sama lain. Sangat bersemangat dan optimis. Dan anggotanya punya mimpi-mimpi besar. Saya juga ikut bersemangat dong! Saya yang awalnya hanya tertarik pada produk, kemudian dikenalkan dengan sistem bisnis di dalamnya. Kebetulan upline (semacam atasan dalam dunia MLM) saya mayoritas adalah muslimah dan sama-sama memiliki salon muslimah. Saya merasa sangat cocok, karena bisa saling sharing. 

Di awal saya bergabung, saya langsung borong produk-produknya hingga puluhan juta. Karena memang untuk pengembangan bisnis ya. Benar-benar totalitas hahaha... Kemudian saya dan kedua orang tua berdiskusi dan merancang strategi pengembangan bisnis MLM ini. Agar kami juga merasakan bonus yang dijanjikan. Karena kalo dihitung-hitung memang menggiurkan. Saya tetap mendapatkan income bahkan ketika saya tidak melakukan apa-apa (passive income).


Badai pun Datang

Saya baru saja mulai merancang strategi, pada saat itu juga, abi (ayah saya) jatuh sakit dan cukup parah. Beliau di ICU selama 10 hari tidak sadarkan diri. Tidak bisa mengingat saya juga. Kemudian karena saya tahu ada suplemen yang mungkin bisa membantu pemulihan abi, saya berusaha menghubungi salah satu upline yang kebetulan adalah seorang dokter. Saya rasa beliau bisa merekomendasikan suplemen apa yang bisa membantu. Tentu saja beliau lebih menguasai tentang produk dibanding dengan saya yang baru beberapa hari bergabung.

Namun, ya mungkin saya salah berharap. Saya justru kecewa karena upline saya sangat tidak memperhatikan kondisi downline-nya yaitu saya. Beliau hanya sibuk menawarkan produk-produk agar saya membeli. Tapi tidak disesuaikan dengan kondisi abi. Misal, abi nggak bisa menelan, lalu saya disuruh memberli suplemen yang besarnya 1/3 ibu jari. Terlebih lagi saya sedih, karena selama hampir sebulan saya di Rumah Sakit, beliau tidak pernah menanyakan kabar dan tidak pernah datang menjenguk. Padahal kami ada di kota yang sama. Ya, saat malam abi 'serangan', paginya kami baru saja bertemu.

Saya memang salah berharap. Dan mungkin memang dia sangat sibuk

Sejak saat itu, saya mulai menarik diri dari bisnis tersebut. Padahal saya baru mau mulai hehe...
Pertama karena memang saya sedang fokus dengan pengobatan abi. Kedua karena modal yang seharusnya akan saya kembangkan, terpakai untuk biaya pengobatan abi. Ketiga, saya pikir mungkin hanya upline saya yang dokter itu saja yang seperti itu. Tapi ternyata yang lain pun begitu. Saya masuk ke grup Whatsapp, tapi disana hanya share tentang hal-hal duniawi. Saya menyebutnya dengan menghamba pada dunia. Pamer kekayaan, harta, jalan-jalan dengan limosin, makan di restoran mewah dan hal-hal sejenis itu.


Sistem MLM Itu Seperti Apa?

MLM adalah bisnis jaringan. Pengembangan bisnisnya adalah dengan memperluas jaringan. Semakin luas jaringan Anda, maka semakin besar bisnis MLM Anda. Passive Income bisa didapat ketika kita punya downline yang aktif melakukan pembelian produk. Secara otomatis kita sebagai upline akan mendapat bonus yang besarannya sudah ditentukan oleh perusahaan. Bagaimana jika kita punya 10 downline, masing-masing downline juga memiliki 10 downline. Secara tidak langsung kita telah memiliki 100 downline. Kebayang dapat bonus sebanyak apa? Hehe...


I Think....

Saya tidak masalah dengan sistem ini. Ya, memang begitu.
MLM yang sesuai syari'at islam adalah yang fokus menjual produk, bukan menjual sistem perbonusannya. Bonus itu ibarat hadiah.

Yang saya tidak nyaman adalah hubungan yang sangat opportunis. Bila sudah tidak menguntungkan, maka akan ditinggalkan. Misalnya kalo saya beromset, upline saya sangat senang membantu. Tapi kalo saya sedang sepi, pikir-pikir lagi deh kalo mau membantu. Saya bilang, support nya palsu. Sangat opportunis. Bagi saya seperti mengenyahkan hati nurani. Saya merasa sangat tidak nyaman, dan saya mundur.

Hal itu tidak membuat saya kapok. Saya bergabung dengan beberapa MLM lainnya, ternyata sama. Sistem tersebut membuat kita menjadi seperti itu. Pola pikir dan cara bertindak ditentukan berdasarkan keuntungan. Tidak ada lagi namanya ikhlas tanpa pamrih. Kedekatan hubungan ditentukan dari seberapa besar omset yang dihasilkan. Saya jujur sangat takut menjadi orang seperti itu. Hanya karena pundi rupiah saya harus mengenyahkan rasa kemanusiaan. Harus mengenyahkan ukhuwwah islamiyah yang susah payah dibangun. Itu yang saya rasakan.

Saat ini saya masih menggunakan produk-produk MLM, masih bergabung tapi fokus untuk membagikan manfaat dari produk-produknya saja. Karena lagi-lagi saya tekankan produk-produknya sangat bagus. Tapi tidak menggeluti sistem bisnisnya. Kalo pun dapat bonus, saya anggap sebagai hadiah. Banyak upline yang menyayangkan, karena sayang bonusnya. Tapi ya lagi-lagi saya tidak bisa membohongi hati nurani. Insya Allah, saya yakin Allah akan membukakan jalan rezeki yang lain untuk saya.

Jadi itu pengalaman saya di bisnis MLM, ada yang punya pengalaman yang sama?
Bisa jadi setuju dan tidak setuju dengan pendapat saya ya hehe. It's Okay!
Karena semua ada baik buruknya, tergantung cara kita menghadapi. Tergantung pada pilihan kita.
Semoga bisa menjadi pelajaran dan bermanfaat...

Komentar

Postingan Populer